Skip to main content

Warna Sebagai Pengobatan Alternatif


Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.

Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna).

Tentunya setiap orang memiliki warna favorit mereka, namun tahukah anda bahwasanya warna bisa menjadi sebagai media terapi dalam pengobatan dan juga dalam melakukan suatu diagnosis ? hal ini dipengaruhi karena warna bisa menyimpan suatu energi untuk membantu proses penyembuhan dari suatu penyakit, Masing – masing warna memengaruhi cakra tubuh yang berbeda, sehingga mengatasi masalah yang berbeda-beda pula. Pengobatan dengan menggunakan media warna ini dikenal dengan Terapi Warna atau dalam istilah asingnya di sebut sebagai Cromatherapy.

Terapi Warna Sebagai Media Pengobatan Alternatif
Pada zaman modern Terapis warna menggunakan satu atau beberapa objek untuk memancarkan warna ke dalam tubuh. Beberapa terapis menggunakan batu permata, lilin, lampu, kristal, prisma, kain, lensa mata berwarna, atau laser berwarna.

Sumarsono Wuryadi @sumarsono_w dari Graha Sanjiwani menjelaskan, aura adalah medan energi yang mengelilingi tubuh kita. Bagi yang bisa melihat, aura memiliki warna yang terdiri dari 7 warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Namun untuk melihat warna aura dari tubuh seseorang harus menggunakan sebuah kamera khusus yang disebut sebagai Aura Kamera yang akan memproduksi sebuah foti kirlian.

Ditambahkan, orang yang sedang sakit, aura tubuhnya seringkali menjadi tidak seimbang dan perlu diperbaiki. Jadi, warna yang seharusnya merah menjadi kurang merah. Atau yang seharusnya menjadi hijau menjadi kurang hijau. “Nah, dengan memberikan warna di tempat yang kekurangan, akan kembali terjadi keseimbangan yang akhirnya membantu penyembuhan penyakit,” katanya menegaskan.

Sumarsono mengemukakan, menggunakan warna sebagai terapi bisa saja dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara memasang lampu berwarna tertentu dalam waktu tertentu, di dalam ruangan tempat si pasien berada.

Cara lain yaitu dengan cara memberikan air yang telah dimasukkan ke dalam botol atau gelas berwarna warni. Setelah dijemur sebentar di bawah sinar matahari, lalu diminumkan pada pasien. Obat cair atau zat warna tertentu juga bisa digunakan, begitu pula dengan mengenakan pakaian, aksesori berupa batu mulia atau kristal atau penggunaan dekorasi dengan warna tertentu.

Bahkan, lanjut Sumarsono, memakan buah, sayuran berwarna atau makanan alami lainnya dengan warna tertentu juga bisa. “Untuk mendapatkan terapi warna yang tepat, sebaiknya berkonsultasi pada ahli terapi warna,” ucapnya.

Penggunaan terapi warna, ternyata tidak terbatas untuk membantu pengobatan saja. Penggunaan warna orange sebagai dekorasi sebuah kafe atau restoran tidak sekedar memberikan penampilan ceria, tetapi juga untuk menambah nafsu makan para pengunjung.

Sejarah Perkembangan Terapi Warna
Perkembangan Terapi Warna sudah ada sejak zaman mesir kuno, yunani bahkan negara tirai bambu china juga mengenal pengobatan alternatif jenis ini. Dewa Toth (yang dalam mitologi Yunani kuno dikenal sebagai Hermes). “Pada masa itu, penduduk Mesir dan Yunani kuno menggunakan mineral berwarna, batu-batuan, kristal, salep dan bahan pewarna lainnya sebagai obat. Mereka juga mengecat tempat pengobatan dengan berbagai warna,” di negara tirai bambu china juga menggunakan warna sebagai peran penting dalam melakukan praktek medis mereka, sebagaimana yang terdapat dalam buku penyakit china “Nei/Ching“

Pada abad ke-11, intelektual islam di bidang medis yang bernama Ibnu Sina (980-1037) menjelaskan tanda-tanda penyakit dalam tubuh bisa dikenali dari warnanya. sebagaimana dalam bukunya The Canon Of Medichine, ia menulis “Warna merupakan Gejala Penyakit yang dapat di observasi” serta ia juga mengembangkan bagan warna yang berhubungan dengan suhu dan kondisi fisik dari tubuh, yang mana bagan tersebut masih digunakan sampai sekarang. ia memandang bahwa warna merah yang menggerakkan darah, biru atau putih sifatnya mendinginkan dan juga warna kuning untuk mengurangi rasa sakit di otot serta peradangan.

Pada Masa Perang Saudara di Amerika,Pada tahun 1876 seorang jendral yang bernama Augustus Pleasonton (1801-1894) menerbitkan sebuah bukunya yang berjudul “The Influence Of The Blue Ray Of The Sunlight And Of The Blue Color Of The Sky”. yang mana dalam bukunya tersebut ia menjelaskan bagaimana warna biru dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan ternak serta dapat membantu menyembuhkan penyakit pada manusia. sehingga mempengaruhi ilmuwan Dr Seth Pancoast dan Edwin Dwight Babbitt untuk melakukan eksperimen dan mempublikasikan, hasil eksperimenya yang berjudul Blue and Red Light; or, Light and Its Rays as Medicine (1877) dan The Principles of Light and Color.

Pada tahun 1933, seorang ilmuwan Amerika kelahiran India Dinshah P. Ghadiali (1873-1966), yang disebut sebagai “Parsi Edison” menerbitkan sebuah ensiklopedia yang berjudul “The Spectro Chromemetry Encyclopaedia”, sebuah karya tentang terapi warna. Ghadiali mengklaim telah menemukan prinsip-prinsip ilmiah yang menjelaskan mengapa dan bagaimana sinar berwarna berbeda memiliki berbagai efek terapi pada organisme. Dia percaya bahwa warna mewakili potensi kimia dalam oktaf lebih tinggi dari getaran, dan untuk setiap organisme dan sistem tubuh ada warna tertentu yang merangsang dan lain yang menghambat kerja organ atau sistem. 

Ghadiali juga berpikir bahwa dengan mengetahui aksi warna yang berbeda pada organ dan sistem tubuh yang berbeda, seseorang dapat menerapkan warna yang benar yang akan cenderung untuk menyeimbangkan tindakan setiap organ atau sistem yang telah menjadi abnormal pada fungsi atau kondisi. kemudian anaknya yang bernama Darius Dinshah terus memberikan informasi tentang terapi warna melalui Dinshah Health Society yang merupakan sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk memajukan terapi warna rumah non-farmasi, dan serta juga melalui bukunya yang berjudul “Let There Be Light” 

Di awal abad ke-20, terapi warna mulai diteliti secara ilmiah dan mulai banyak digunakan. Max Luscher, mantan dosen psikologi dari Basle University menegaskan bahwa warna yang dipilih seseorang bisa menunjukkan kondisi pikiran atau ketidakseimbangan kelenjar dalam tubuhnya. Karena itu, bisa dijadikan dasar untuk diagnosa secara fisik maupun psikis.

Tahun 1990, para ilmuwan melaporkan dalam pertemuan tahunan American Association for Advancement of Science, mengenai keberhasilan penggunaan cahaya biru dalam mengatasi berbagai masalah psikologi, termasuk kecanduan obat-obatan, gangguan makan, impotensi dan depresi. (drakenzull/zxr)

Sumber: Warna Sebagai Pengobatan Alternatif

Popular posts from this blog

Sonny Sumarsono Wuryadi

Rumah itu mengingatkan saya pada rumah masa kecil saya di kompleks Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma, Jakarta. Klasik dan rimbun. Sebuah pohon rambutan rindang di tengah halaman dikelilingi berbagai tanaman yang lebih kecil. Ada yang merambat, banyak pula yang tertanam rapi di pot-pot. Kesan yang menenangkan. Sebenarnya sudah lama saya ingin ke sini, tapi selalu batal karena kekhawatiran saya. Bukan takut pada kerimbunan pohon rambutan di malam hari, tapi kepada pemiliknya, Sumarsono, seorang terapis holistik. Ketakutan yang sebenarnya tidak beralasan. Hal ini muncul dari cerita-cerita orang lain tentang Pak Sonny, begitu panggilannya. Teman saya bilang, istrinya, juga pasien-pasien lain, bisa tidur berjam-jam, bahkan semalaman, bila "dipegang" Pak Sonny. Saya hanya tak mau bikin orang rumah bingung kalau saya tak pulang karena ketiduran di tempat prakteknya. Namun keraguan itu harus saya singkirkan karena kebutuhan mendesak untuk memulihkan fisik saya yang...

Saat Tidur Anda Bisa Mengunjungi Kekasih Anda?

Memang benar. Saat Anda tidur nyenyak, badan astral Anda bisa keluar dari badan wadag dan melayang menemui kekasih Anda, meskipun mungkin si dia tinggal di kota lain. Dalam keadaan sadar, badan wadag dengan badan suprafisikal ada dalam koinsidensi (alignment) . Dalam keadaan tidur nyenyak, badan astral keluar dari wadag, dan terjadilah diskoinsidensi (non alignment) . Namun badan astral masih tetap terhubung dengan badan wadag melalui tali astral, sehingga kontak dan komunikasi antara ke dua badan tersebut tetap terjamin. Badan astral mengatur semua fungsi vegetatif tubuh (jantung, nafas, otak, peredaran darah, kelenjar endokrin, dll). Selama badan astral " melancong " keluar, tali astral berfungsi selayaknya tali pusat yang menjamin komunikasi dan aliran vital dari badan astral ke wadag tetap berlangsung. Tali astral yang terikat di chakra solar plexus ini, mempunyai ketebalan setebal pita, berwarna putih keperakan, menunjukkan pulsasi, ekspansi,...

Soulmate | Belahan Jiwa

Yang paling mengetahui dan merasakan motif dari hubungan dengan pasangan kita adalah diri kita sendiri! Apakah pasangan Anda memang benar-benar soulmate atau bukan? Jujurlah Anda dalam menilainya! Hubungan kesatuan jiwa yang berupa wujud dari soulmate tidaklah mungkin bisa di rekayasa atau dibuat-buat! Tidak mesti pasangan suami-istri itu bisa disebut sebagai soulmate atau belahan jiwa! Sebab belahan jiwa ini terbentuk karena adanya proses yang sangat panjang, bahkan bisa terbina sejak sebelum kelahiran ini. Boleh percaya atau tidak! Siapakah yang sejatinya bisa disebut sebagai soulmate atau belahan jiwa itu? Orang akan menemukan sosok belahan jiwa dalam diri seseorang. Setelah mereka menjalani hubungan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Hubungan mereka dapat sukses mengatasi tantangan dalam hubungan, serta bisa menjaga cinta dan rasa hormat satu sama lain, hingga bertahun-tahun. Mereka akan menganggap perpisahan dan gagasan menggantikan pasangan dengan orang lain sebagai h...