Bapak saya dulu boleh dikata adalah seorang pemimpin, meskipun cuma di daerah dan tidak pula terkenal namanya. Namun sebagai seorang pemimpin, beliau selalu menasehatkan kepada kami, anak-anaknya, bahwa seorang pemimpin itu harus bisa menjalankan sesanggeman atau yang dalam filosofi Jawa disebut "hastabrata". Artinya seorang pemimpin harus berwatak 8, yaitu berwatak layaknya bumi, api, air, angin, matahari, bulan (chandra), bintang (kartika) dan langit (angkasa). Lantas beliau menguraikan satu persatu.
1. Berwatak seperti bumi
Artinya: Bumi adalah tempat berpijak dan
tempat untuk tumbuhnya berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi
umat manusia. Jadi seorang pemimpin juga harus menjadi tumpuan bertumbuh
dan berkembangnya semua orang.
2. Berwatak layaknya agni (api)
Artinya: Api sanggup membakar apa saja yang menjadi musuh. Api juga
bisa mematangkan apa saja yang diperlukan. Tentu saja yang dimaksudkan
beliau adalah dalam arti yang konstruktif! Dalam hal ini ditandaskan
oleh beliau, bahwa seorang pemimpin harus bisa punya kesanggupan dan
keberanian untuk melenyapkan hal-hal yang menghambat dinamika
kehidupanbangsa dan negara, misalnya angkara murka, rakus, korupsi dan sebagainya .
3. Berwatak bagaikan tirta (air)
Artinya: Air selalu mengalir dinamis, maka seorang pemimpin harus memiliki watak rendah hati, andap asor, santun, tidak sombong. Pemimpin yang baik harus mampu mendistribusikan kekuasaan dan kewenangannya, agar tidak menumpuk dan tugaspun dapat terlaksana dengan cepat dan lancar. Sebagai pemimpin harus adil dalam menjalankan kebijakan, terutama yang terkait dengan hajat hidup orang banyak.
4. Berwatak sebagai angin
Artinya: Seperti layaknya angin yang memberi suasana semilir sejuk. maka seorang pemimpin harus bisa memberikan hak hidup seluruh warganya. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, mengembangkan diri, mendapatkan pekerjaan, menyampaikan pendapat dan berkebudayaan.
5. Berwatak seperti surya (matahari)
Artinya: Seorang pemimpin harus bisa menjadi penerang kehidupan dan bisa memberikan energi kehidupan bagi masyarakatnya.
6. Berwatak laksana chandra (bulan)
Artinya: Bulan itu memberikan terang dalam kegelapan dengan sinarnya yang lembut. Karena itu pemimpin harus penuh kearifan, disamping harus sebagai seorang visioner.
7. Berwatak bagaikan kartika (bintang)
Artinya : Seorang pemimpin harus bisa menjadi panutan dan bisa menyelami perasaan masyarakatnya.
8. Berwatak layaknya angkasa (langit)
Artinya: Langit yang membentang luas di angkasa, menyiratkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai keleluasaan hati, perasaan, dan pikiran dalam menghadapi persoalan bangsa dan negara. Sabar, ikhlas, dan bening dalam memberikan pelayanan kepada warganya.
Rupanya sesanggeman
itulah yang dijalankan oleh beliau saat mengabdi pada negara dan bangsa
ini, pada jaman setelah kemerdekaan. Apakah hastabrata ini masih relevan
dan dibutuhkan pada jaman yang sudah berubah ini? Itu terserah pada
pendapat anda dan bangsa ini! Namun bagi saya bersaudara, petuah ini
sangat berarti, dan kamipun mencoba untuk melaksanakannya dalam
kehidupan, meskipun hanya sebagai pemimpin rumah tangga! Hm.....
Bukit Indah, 27 Pebruari 2012
Sonny Sumarsono Wuryadi
Sonny Sumarsono Wuryadi
Sumber: Menuju Ridho-Nya Saling Menyelamatkan dalam Cerita Renungan dan Kewirausahaan
Photo courtesy of flickriver.com
Photo courtesy of flickriver.com