Setiap orang umumnya memiliki warna favorit. Tetapi, tahukah Anda bahwa warna pun menyimpan energi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan suatu penyakit? Namun, jangan membayangkan penggunaannya persis seperti obat. Karena warna, dalam hal ini hanya membantu penyembuhan dengan cara menyeimbangkan aura tubuh kita.
Sumarsono Wuryadi
dari Graha Sanjiwani menjelaskan, aura adalah medan
energi yang mengelilingi tubuh kita. Bagi yang bisa melihat, aura
memiliki warna yang terdiri dari 7 warna pelangi, yaitu merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu. "Untuk melihat aura tubuh seseorang,
bisa dilihat dengan menggunakan foto kirlian atau scan aura video,"
ujar Sumarsono.
Ditambahkan, orang yang sedang sakit, aura tubuhnya seringkali menjadi
tidak seimbang dan perlu diperbaiki. Jadi, warna yang seharusnya merah
menjadi kurang merah. Atau yang seharusnya menjadi hijau menjadi kurang
hijau. "Nah, dengan memberikan warna di tempat yang kekurangan, akan
kembali terjadi keseimbangan yang akhirnya membantu penyembuhan
penyakit," katanya menegaskan.
Sumarsono mengemukakan,
menggunakan warna sebagai terapi bisa saja dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan cara memasang lampu berwarna tertentu
dalam waktu tertentu, di dalam ruangan tempat si pasien berada.
Cara lain yaitu dengan cara memberikan air yang telah dimasukkan ke
dalam botol atau gelas berwarna warni. Setelah dijemur sebentar di bawah
sinar matahari, lalu diminumkan pada pasien. Obat cair atau zat warna
tertentu juga bisa digunakan, begitu pula dengan mengenakan pakaian,
aksesori berupa batu mulia atau kristal atau penggunaan dekorasi dengan
warna tertentu.
Bahkan, lanjut Sumarsono, memakan buah, sayuran
berwarna atau makanan alami lainnya dengan warna tertentu juga bisa.
"Untuk mendapatkan terapi warna yang tepat, sebaiknya berkonsultasi pada
ahli terapi warna," ucapnya.
Penggunaan terapi warna, ternyata
tidak terbatas untuk membantu pengobatan saja. Penggunaan warna orange
sebagai dekorasi sebuah kafe atau restoran tidak sekedar memberikan
penampilan ceria, tetapi juga untuk menambah nafsu makan para
pengunjung.
Sumarsono menjelaskan, terapi warna sebenarnya sudah
dikenal orang sejak zaman kuno. Helen Graham, dosen psikologi dari Keele
University, Inggris, dalam bukunya yang berjudul Discover Color Therapy
menyebutkan, seni pengobatan dengan warna ditemukan oleh Dewa
Toth--yang dalam mitologi Yunani kuno dikenal sebagai Hermes. "Pada masa
itu, penduduk Mesir dan Yunani kuno menggunakan mineral berwarna,
batu-batuan, kristal, salep dan bahan pewarna lainnya sebagai obat.
Mereka juga mengecat tempat pengobatan dengan berbagai warna," tuturnya.
Pada tahun 980-1037, Avicenna, seorang dokter dari Arab menjelaskan
pentingnya warna dalam diagnosa dan pengobatan penyakit. Menurutnya,
tanda-tanda penyakit dalam tubuh bisa dikenali dari warnanya.
Ia
juga menggunakan warna untuk terapi. Menurutnya, warna merah akan
memperlancar sirkulasi darah, warna biru dan putih memperlambat
sirkulasi darah sedangkan warna kuning meredakan nyeri dan peradangan.
Di awal abad ke-20, terapi warna mulai diteliti secara ilmiah dan mulai
banyak digunakan. Max Luscher, mantan dosen psikologi dari Basle
University menegaskan bahwa warna yang dipilih seseorang bisa
menunjukkan kondisi pikiran atau ketidakseimbangan kelenjar dalam
tubuhnya. Karena itu, bisa dijadikan dasar untuk diagnosa secara fisik
maupun psikis.
Tahun 1990, para ilmuwan melaporkan dalam
pertemuan tahunan American Association for Advancement of Science,
mngenai keberhasilan penggunaan cahaya biru dalam mengatasi berbagai
masalah psikologi, termasuk kecanduan obat-obatan, gangguan makan,
impotensi dan depresi.
"Kemudian ditemukan pula bahwa cahaya
merah ternyata efektif untuk mengatasi migren dan kanker. Lama kelamaan,
terapi warna pun diterima secara luas sebagai alat terapi dengan
berbagai penggunaan yang bersifat medis," katanya menandaskan.
Sumber: Terapi Warna untuk Keseimbangan Tubuh
Photo courtesy of playbuzz.com
Sumber: Terapi Warna untuk Keseimbangan Tubuh
Photo courtesy of playbuzz.com