Bila dalam rumah tangga terjadi huru-hara, gojang-ganjing, para orang tua pada umumnya akan mencegah keterlibatan anak-anak dalam urusan mereka dengan alasan kasihan. Suami-istri ini berusaha sekuat tenaga untuk mencegah anak-anak terlibat. Dan mereka takut anak-anak itu akan ikut terguncang dengan gonjang-ganjing masalah mereka.
Namun,
bagaimanapun juga setiap hari anak-anak itu akan berhadapan dan
merasakan suasana yang sangat tidak nyaman ini. Dengan ketidak tahuan
mereka, anak- anak akan tetap berpikir
dan bersikap. Nah, dengan melihat kenyataan seperti ini.... apakah
maksud baik suami-istri, yaitu dengan mencegah keterlibatan anak-anak,
berarti pula mencegah anak-anak mereka untuk mengalami pendewasaan?
Anak-anak itu juga harus diberi kesempatan untuk belajar, berpikir, bertumbuh, dan bersikap sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya. Biarlah mereka berkesempatan menguji dirinya, membuktikan keberanian mereka, dan mengikuti proses perkembangan yang bagi mereka sama alaminya saat mulai belajar berjalan dan berbicara sewaktu balita dulu.
Tak ada anak-anak yang belajar berjalan tanpa mengalami jatuh bangun dan terluka. Jika kita selalu mencegah setiap akan jatuh dan terluka yang membuat mereka dapat menguasai setiap gerakan, kita sebagai orang tua secara tidak sadar menghalangi perkembangan kemampuan anak-anak itu.
Anak-anak dapat mengatasi secara lebih baik rasa frustasi yang disebabkan oleh keterbatasan mereka sendiri, dari pada rasa frustasi yang dihasilkan ketika mereka tidak diijinkan dan dicegah untuk menghadapi kenyataan hidup yang dihadapinya.
Love~light~joy
Sonny Sumarsono Wuryadi