Konflik agama timbul karena pemahaman yang sangat kurang bahkan
berkebalikan dari tujuan beragama itu sendiri. Meningkatnya intensitas
konflik berlatar belakang agama akhir-akhir ini memprihatinkan namun sekaligus juga membangkitkan kesadaran bagi banyak orang.
Agama muncul ribuan tahun lalu dengan berbagai ragam tafsirnya dan
bahkan setiap agamapun adalah suatu tafsir tentang kehidupan dan Tuhan.
Ini artinya sulit bagi orang di masa kini untuk benar-benar tahu apa
yang menyebabkan lahirnya suatu agama karena selama rentang waktu dengan
berbagai generasi itu penafsiran dan pemahaman mengalami
perubahan-perubahan.
Namun satu hal yang menarik adalah
seringkali suatu tafsiran mainstream (arus besar) berlaku luas dengan
dukungan kekuatan bersenjata, bersifat memaksa, penggunaan kekerasan
atau ancaman. Sejarah dengan jelas mencatat bagaimana agama-agama besar
terlibat dalam konflik bersenjata dan berbagai kekerasan. Sebaliknya, tujuan dari orang beragama adalah ingin mencapai hidup damai
dan bahagia. Tentu saja damai dan bahagia tak mungkin bisa dicapai
dengan cara-cara kekerasan, ancaman dan segala bentuk yang
menakut-nakuti.
Alasan untuk konflik agama apapun sama sekali
bukan bicara tentang Tuhan yang damai, adil, dan penuh cinta, melainkan
semata-mata kepentingan ekonomi dan politik yang hanya membungkusnya
dengan label agama; dan jelas bahwa tujuan akhirnya adalah penguasaan
wilayah dan sumber alam termasuk tenaga kerja murah dari orang-orang
yang mudah dibodohi dan patuh diperintah apapun dengan atas nama agama.
Akhirnya semua ini membuka mata lebih banyak orang tentang apa yang
sesungguhnya terjadi dalam berbagai sejarah agama dengan perintah
ketaatan mutlak dan ancaman neraka yang semata-mata bermotif ekonomi dan
kekuasaan dan sama sekali bukan hal tentang spiritualitas. Tuhan adalah pasti yakni damai, kasih, pengampunan, dukungan, kreativitas, berkah dan bahagia. Sonny H. Waluyo
Photo courtesy of10wallpaper.com