Skip to main content

Melongok Masa Silam Demi Kesembuhan

Orang hidup selalu punya masalah, so pasti. Namun, kalau berbagai upaya memecahkannya sudah dilakoni, tapi hasilnya selalu mentok, siapa tahu ada sesuatu di masa lalu yang mengakibatkan kesengsaraan di masa kini. Salah satu jalan keluarnya, tengoklah “ke masa silam” melalui terapi past life regression (PLR).

Anto tak habis pikir, mengapa belakangan ini ia punya dorongan sangat kuat untuk menyelingkuhi sahabat istrinya. Padahal, hubungan dengan Nita, sang istri, baik-baik saja. Tidak ada masalah serius. Hal itu jelas menimbulkan konflik dalam dirinya. Ia sangat berharap ada jawaban atas masalah yang cukup mengganggu dirinya itu.

Ati dan Bimo – seorang ibu dan anak – entah mengapa selalu saja bertengkar. Sulit bagi Bimo menjadi anak penurut di mata ibunya.

Aldo mengaku tak pernah mampu melakukan hubungan suami-istri sepanjang perkawinannya. Lalu Beni punya penyakit aneh, karena di malam hari ia sering terbangun hanya karena merasa tenggorokannya kemasukan air.

Ima, seorang guru sekolah internasional di Jakarta, pun mengeluh tentang muridnya yang super-bandel, selalu saja membangkang. “Anak ajaib” itu diyakini punya hubungan emosional dengan kehidupan Ima di masa lalu.

Masih ada ribuan kisah lain yang menyimpan masalah yang tak kunjung terpecahkan. Sering jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu justru ditemukan setelah menengok kembali kehidupan di masa lalu. Itulah inti pendekatan terapi past life regression (PLR).

Rekaman Teringgal

PLR sejatinya teknik bagi seorang psikolog atau praktisi past life untuk menuntun seseorang pada kehidupannya surut ke belakang, jauh sebelum ia dilahirkan. Tujuannya untuk membantu seseorang mengatasi masalah, trauma, penyakit psikosomatis, dan sebagainya.

Anto misalnya, sempat melihat kehidupan masa lalunya sebagai pendeta Buddha yang tidak menikah. Ketika hendak meninggal, dia dirawat oleh keponakannya, yang dalam kehidupan kini “menjelma” jadi anak perempuannya. Anto juga melihat dirinya berada dalam kehidupan pernikahan, saat ia melihat istrinya di zaman baheula, ternyata sahabat istrinya kini. Tak heran kalau Anto lalu tertarik untuk berselingkuh. 

Sedangkan Ati dan Bimo, di kehidupan lalu keduanya ternyata sama-sama pria dewasa yang pernah terlibat pertengkaran hebat. Ati bahkan sampai membunuh Bimo. Tak heran bila dalam kehidupan mereka saat ini, keduanya bagai minyak dan air, tak pernah bisa menyatu.

Lalu Beni, dalam kehidupan masa lalunya adalah anggota kelompok pemberontak terhadap pemuka agama yang dogmatis di abad pertengahan. Sebagai hukuman, ia ditenggelamkan di laut. Setelah menyadari masa lalunya, secara perlahan gangguan Aldo lenyap. Ia tak pernah terbangun lagi di malam hari. Yang menarik, Aldo ternyata seorang biarawan Katolik di Italia pada abad ke-17. Lewat terapi, ia menyadari bahwa kini ia bukan lagi biarawan. Ia orang biasa yang boleh melakukan hubungan seksual sebagaimana orang biasa.

Begitu pula Ima, dalam kehidupan masa silamnya ia pernah menyeleweng dan meninggalkan suami serta anaknya. Anak itulah yang kini jadi muridnya. “Setelah tahu, kini saya selalu menyiapkan diri agar lebih sabar menghadapi murid saya yang satu ini,” aku Ima.

Evolusi Jiwa
 
Dua praktisi yang bermukim di Jakarta, Pamugari Widyastuti, S.Psi. dan Sumarsono Wuryadi, mengakui manjurnya terapi kembali ke masa lalu ini. Namun, jangan salah tafsir. Terapi ini bukan untuk main-main, misalnya iseng hanya untuk melihat siapa diri kita di masa lalu, tanpa ada manfaat yang bisa dipetik.

PLR bertujuan menolong seseorang ketika masalahnya menemui jalan buntu. Hal yang sama dilakukan untuk penyembuhan penyakit. Seperti Ana yang sudah bolak-balik ke dokter untuk mengobati sakit perutnya yang tak kunjung sembuh. Ketika terapi lain dan pengobatan medis tak jua menyembuhkan, dia mencoba terapi PLR.

“PLR merupakan terapi terakhir yang harus saya ambil bila klien saya tak kunjung sembuh,” ujar Reza Gunawan, praktisi self healing dari Klinik True Nature Healing. Di luar negeri, PLR cukup akrab di kalangan dunia kedokteran. Begitu tenaga medis angkat tangan terhadap kesembuhan pasiennya, mereka segera merekomendasikannya menjalani terapi PLR.

Namun, di Indonesia PLR baru hadir dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa tempat yang aktif memperkenalkannya antara lain Yayasan Sanjiwani dan Yayasan Anggrek. “lni awal yang baik, karena ternyata PLR bisa diterima sebagai terapi,” aku Sumarsono yang berpraktik di Klinik Seroja dan Klinik Sanjiwani, Jakarta.

Menurut Sumarsono, terapi PLR dapat digunakan untuk menghilangkan berbagai trauma kejiwaan dan penyakit psikosomatis. Di samping itu, juga bisa membantu seseorang menjadi lebih percaya diri.

Untuk dapat memahami terapi PLR, mau tidak mau kita harus juga memahami perihal reinkarnasi lebih dulu. Termasuk di dalamnya hukum sebab-akibat (karma). Diyakini bahwa jiwa (roh) kita itu kekal adanya. Ketika orang meninggal dunia, sebetulnya hanya jasadnya yang mati. Jiwanya tetap hidup dengan “pakaian” dan peran yang berbeda.

Namun, memori akan kehidupan masa terdahulu masih melekat dalam jiwa. Selain bisa berupa hobi, minat, keterampilan, dan intelektualitas, memori itu juga bisa berupa pengalaman yang menyakitkan, seperti cara meninggal secara tak terduga dan menyakitkan. Hal inilah yang menimbulkan keluhan atau penyakit yang tak terpecahkan oleh tangan dokter.

Dari sisi ini, terapi PLR punya dimensi spiritualitas yang tinggi. “Selalu ada benang merah yang menghubungkan siapa kita di masa lalu dan saat ini. Ada rangkaian proses akumulatif dari pengalaman-pengalaman terdahulu menuju pada kesempurnaan. Sadar atau tidak sadar, ada evolusi spiritual pada diri manusia.

“Pada tahap-tahap tertentu, kita seperti dibenturkan sebelum menyadari maknanya. Kita menuai apa yang kita tanam. PLR digunakan untuk melihat (masa) yang lalu dan mengoreksi diri apakah yang kita hadapi merupakan karma dulu. Kehidupan yang sekarang menyempurnakan kehidupan yang lalu,” jelas Sumarsono.

Senada dengan Sumarsono, Pamugari Widyastuti menegaskan, PLR membantu menjadikan kehidupan seseorang lebih seimbang, lebih sempurna, dan lebih bersih Kalau sudah tahu arti rangkaian hidup manusia, kita akan menjadi lebih humble dan berserah diri. Manusia memiliki higher self yang menuntut kita di dalam keterpurukan untuk mengasah jiwa,” tutur Ketua Jurusan Psikologi Universitas Paramadina, Jakarta, ini.

Tanya Higher Self 

Pamugari dan Sumarsono menggunakan teknik relaksasi, agar kliennya mudah memasuki alpha state, di mana otak dalam kondisi istirahat penuh. Saat itu, gelombang otak sangat kondusif untuk menyambung pada rekaman memori masa lampau.

“Kita minta higher self mengajak pada masa lalu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi seseorang. Orang yang pernah belajar meditasi, reiki, dan sebagainya lebih cepat masuk dan melihatnya. Selain itu, makin muda usia prosesnya makin mudah, apalagi yang percaya pada saya. Saya bisa meregresi secara massal mahasiswa saya. Because they trust me,” aku Pamugari.

Pamugari tidak menggunakan hipnosis, karena ia ingin kliennya ingat apa yang dilihatnya di masa lalu. Ia juga menuntunnya untuk mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan lewat kaset. Menurut dia, dalam terapi PLR klien harus latihan sesering mungkin agar dapat menemukan jalan keluar yang tepat. Karena itu Pramugari mengharapkan, lewat kaset kliennya bisa melakukannya di rumah.

Yang dilakukan Sumarsono pun tidak jauh berbeda dengan Pamugari. Setelah relaksasi, Sumarsono mengajak kliennya untuk membuang pikiran dan merasakan proses sampai mengendap masuk ke alpha state.

“Dalam kondisi itu, roh kita yang dominan, karena raga dan pikiran sudah ‘dibuang’. Pada saat itulah higher self kita muncul. Tinggal tanya saja, siapa saya. Nanti, ‘kan, terjadi dialog apa yang harus kita lakukan untuk keluar dari masalah yang kita hadapi. Roh manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk mengetahuinya. Kita bisa minta dibawa mundur tergantung permintaan. Bisa setiap 100 tahun, atau pada kehidupan di mana rekamannya masih terbawa hingga kini,” papar guru reiki ini.

Jika seseorang gagal, biasanya karena ia tidak berhasil masuk ke alpha state atau tahap hening. “Sebaliknya, jika berhasil memasuki taraf hening, otomatis “film”nya cepat sekali muncul. Jangan kaget kalau ada gambar-gambar kehidupan kita yang lampau. Setiap orang tidak sama. Jangan berkomentar dulu, terima saja apa adanya. Biarkan itu mengalir.”

Bagi Sumarsono tidak semua kliennya diberi tahu ketika sedang diterapi PLR. Sebab, banyak orang belum bisa menerima dan mempercayai terapi ini, sehingga ia melakukan PLR sendiri tanpa setahu kliennya. Ia punya contoh kasus salah satu kliennya, seorang laki-laki yang kulitnya melepuh.

“Orang ini sudah berobat hingga ke Amerika Serikat. Saya pun berusaha menyembuhkannya dengan reiki dan meditasi. Karena tak kunjung sembuh, saya lakukan PLR. Saya lalu “pergi” sendiri ke alam acashic dan melihat apa yang terjadi sebelumnya pada kliennya, tanpa mengajak si klien. Ternyata di kehidupan yang lalu ia jadi jagal ayam dan kerap merebus ayam dengan air mendidih tanpa berdoa terlebih dahulu. Menghadapi kasus semacam ini, saya berdoa agar karmanya dihilangkan,” ujarnya.

Rekaman memori memang tidak akan hilang, kalau kita tidak menghapusnya. Terapi PLR merupakan salah satu cara untuk menghapus “rekaman” yang tidak dikehendaki pada jiwa manusia.

Sumber: Melongok Masa Silam Demi Kesembuhan

#‎Photo‬ courtesy of ShutterStock

Popular posts from this blog

Terapi Bunga untuk Kesehatan Anda

Terapi Alternatif Dengan Bunga | Jauh sebelum peradaban modern, terapi bunga adalah bagian dari banyak tradisi ritual. Kita akrab dengan ritual tradisi mandi bunga, atau siraman, dalam budaya Jawa. Ritual ini konon mampu untuk menghapus nasib buruk dan mengembalikan energi positif. Sementara mandi bunga biasanya menjadi bagian dari upacara pernikahan atau digunakan untuk membantu menyembuhkan orang yang sakit. Para psikolog mengatakan bahwa sebagian besar penyakit berasal dari pikiran. Dan, jika pikiran kita dijaga, penyakit-penyakit fisik akan sembuh sendiri. Satu terapi yang percaya filosofi ini adalah terapi bunga. Juga disebut obat-obatan bunga Bach. Tidak seperti sistem obat yang biasa, terapi ini digunakan terutama untuk kesejahteraan emosional dan spiritual. Terapi ini digunakan setelah mendiagnosis gejala-gejala psikologis dan obat-obatan yang diberikan kepada pasien dapat menyembuhkan masalah-masalah fisik juga. 

Divine Healing | Penyembuhan Illahi

Menurut pendapat saya, penyembuhan yang paling sempurna adalah penyembuhan Illahi (Divine Healing). Karena penyembuhan ini hanya mengandalkan pada kuasa dan kasih Illahi semata. Dan bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil. Seseorang yang menderita sakit seberat apapun, bila memang Tuhan menghendaki sembuh, maka sembuhlah dia! Energi Illahi yang mempunyai frequensi paling tinggi ini, bila mengalir ke tubuh seorang penderita sakit, maka akan terjadi entreinment atau penyelar asan pada tubuh penderita tersebut. Getaran energi tubuhnya akan meningkat dan dapat menyelaraskan kembali keseimbangan energi dalam tubuh. Dengan demikian secara bertahap kesembuhan tubuh fisiknya akan dipulihkan. Energi Illahi ini sangat "cerdas" sehingga otomatis dia akan mencari dan menuju ke akar atau penyebab utama penyakitnya. Jadi tidak perlu diarah-arahkan! Bahkan diagnose penyakitpun tidak diperlukan!

Perlunya Penyembuhan Holistik

Bila seseorang menderita sakit pastilah akan berdampak pada segala aspek kehidupan, antara lain mengakibatkan beban finansial dengan banyaknya pembiayaan yang tidak bisa terhindarkan, kehilangan pekerjaan, disamping beban psiko-spiritual yang tidak bisa diabaikan dan seringkali menimbulkan keputus asaan. Apalagi beban psikologis dan spiritual ini bila tidak tertangani dcngan baik akan dapat menambah keparahan penyakit yang dideritanya, karena dampaknya akan dapat mempengaruhi kekebalan dan daya tahan tubuh. Disinilah perlunya satu metode penyembuhan yang dapat menyelesaikan segala penderitaan baik fisik, psikis, dan spiritual (holistik) sekaligus dan tuntas. Dan kiranya metode penyembuhan holistik yang paling tepat adalah metode Divine Healing (Penyembuhan dengan menggunakan energi penyembuhan Illahi. Beberapa keuntungan metode penyembuhan Divine Healing antara lain: Dapat menyembuhkan keluhan/penyakit fisik, psikis, dan spiritual. Mengkoreksi dan menertibkan pola hidup da

BLOG ENTRY

Show more